Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah Terhadap Dolar


Pengertian Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat
Pengertian Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat adalah berapa besarnya uang rupiah yang dapat kita peroleh apabila menukarkan mata uang dolar Amerika Serikat dengan mata uang rupiah. Atau berapa rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 dolar Amerika Serikat.

Nilai tukar tersebut biasanya disebut dengan nilai kurs. Jadi apabila nilai kurs 1 dolar Amerika Serikat sama dengan 12.000 rupiah, maka apabila kita memiliki 10 dolar Amerika Serikat jika ditukarkan dengan mata uang rupiah akan memperoleh Rp.120.000,00 (10 x 12.000). Nilai kurs apabila kita akan menukar mata uang rupiah dengan mata uang dolar  Amerika Serikat disebut juga kurs beli akan berbeda jika kita akan menukar mata uang dolar Amerika Serikat  dengan mata uang  rupiah disebut juga kurs jual. Nilai tukar rupiah dikatakan melemah terhadap dolar Amerika Serikat jika untuk mendapatkan satu Amerika Serikat dibutuhkan jumlah mata uang rupiah main banyak. Sebaliknya Nilai tukar rupiah dikatakan menguat terhadap dolar Amerika Serikat jika untuk mendapatkan satu Amerika Serikat dibutuhkan jumlah mata uang rupiah lebih sedikit.
Contoh :
  • Bulan Januari 2013 nilai kurs rupiah terhadap 1 dolar adalah Rp.9.620
  • Bulan Mei 2013 nilai kurs rupiah terhadap 1 dolar adalah Rp.9.770
  • Jadi nilai kurs rupiah terhadap dolar pada bulan Mei 2013 melemah sebesar Rp.150 (9.620-9.770) jika dibandingkan dengan bulan Januari 2013.
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah Terhadap Dolar
Seperti kita ketahui pada bulan Desember 2013 ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah mencapai level terendah sejak tahun 2000 yaitu satu dolar Amerika Serikat dihargai Rp12.000. Rupiah mengalami kerugian terburuk di asia, tentu saja bukan suatu prestasi yang membanggakan.
Sebenarnya apa yang menyebabkan keterpurukan  rupiah tersebut dan bagaimana upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menjaga nilai tukar rupiah dapat kita lihat sejak bulan Januari 2013, namun apa daya rupiah tetap terpuruk.

22 Januari 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp9.620. Pada bulan Januari 2013 dimulainya pelemahan rupiah yang disebabkan oleh pengaruh krisis di Negara-negara zone Euro dan mulai munculnya kekhawatiran terhadap kemungkinan pengurangan stimulus moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (tapering off).

22 Mei 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp9.770. Hal ini disebabkan karena Gubernur Bank Sentral Amerika Serkat / Federal Reserve (the Fed) yaitu Ben S. Bernanke mengumumkan bahwa tapering off ( pengurangan stimulus moneter) bisa dilaksanakan pada Fed Open Market Committee (FOMC) berikutnya.

3 Juni 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp9.850. Hal ini disebabkan oleh defisit perdagangan Indonesia mencapai US$1,62 miliar selama bulan April 2013. Data tersebut berasal dari Data Badan Pusat Statistik (BPS).

13 Juni 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat di level Rp9.800-an disebabkan karena Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (SBI) sebesar 25 basis poin menjadi 6% setelah 16 bulan bertahan pada 5,75%.

2 Agustus 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah dilevel  Rp10.333. Pelemahan ini disebabkan karena Data inflasi yang menunjukan tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi tinggi disebabkan oleh kenaikan BBM yang berdekatan dengan Ramadhan dan Lebaran mengerek konsumsi masyarakat. Data Inflasi Juli menunjukan angka 8,62% secara y-o-y, angka tersebut  merupakan angka inflasi tertinggi sejak tahun 1998.

21 Agustus 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah dilevel  Rp10.775 yang disebabkan oleh Rilis notulensi hasil rapat FOMC (Fed Open Market Committee) Agustus, dimana hasil rapat tersebut mendukung adanya tapering off  (pengurangan stimulus moneter) tahun ini.

23 Agustus 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah dilevel  Rp11.058. Pemerintah Indonesia segera mengeluarkan paket kebijakan I untuk meredam pergolakan rupiah, antara lain dengan cara meningkatkan pajak barang mewah untuk mengurangi konsumsi barang impor yang banyak menggunakan dolar, menaikkan presentase campuran biodiesel untuk mengurangi impor BBM, dan menyederhanakan proses investasi untuk menarik investor asing sehingga dolar masuk Indonesia.

28 November 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus anjlok dilevel  
Rp12.018 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap adanya kebijakan tapering off  (pengurangan stimulus moneter) di tengah kebijakan Bank Indonesia yang membiarkan rupiah floating.

 9 Desember 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat dilevel  
Rp11.794 per dolar AS setelah Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan jilid II yang berfokus pada peningkatan pajak impor barang mewah untuk mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat.

19 Desember 2013
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali anjlok dilevel  
Rp12.191 per dolar AS yang disebabkan hasil FOMC (Fed Open Market Committee) Desember 2013 memutuskan adanya tapering off yang akan dilakukan per Januari 2014 dengan cara mengurangi pembelian obligasi senilai US$10 miliar.

Dari berbagai peristiwa yang terjadi di tahun 2013 tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat yaitu antara lain :
1.  Faktor internal/dalam negeri yaitu antara lain disebabkan oleh besarnya defisit neraca perdagangan Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan akan dolar meningkat tajam karena impor lebih besar daripada ekspor selain itu juga karena lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
2. Faktor eksternal / luar negeri yaitu antara lain adanya krisis ekonomi di zona eropa serta pengurangan stimulus moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (tapering off) yang menyebabkan arus investor asing yang menarik uang dolarnya keluar Indonesia sangat besar (kalau tidak salah sampai Rp 15,29 triliun) sehingga kebutuhan akan dolar sangat tinggi yang menyebabkan rupiah kian melemah.