Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Perhitungan Pencatatan Persediaan Dengan Metode Rata-Rata (Moving Avarage)

Pengertian Metode Rata-Rata (Moving Avarage) Dalam Pencatatan Persediaan

Metode ini beranggapan, bahwa setiap terjadinya perubahan jumlah persediaan barang, baik karena pembelian maupun karena adanya penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, sisa persediaan barang yang masih ada segera diambil nilai rata-ratanya. 

Nilai rata-rata barang yang masih ada diperoleh dengan jalan membagi jumlah nilai persediaan barang yang masih ada dengan jumlah satuan barang yang bersangkutan.
 
Dengan demikian, harga pokok barang yang dijual, dinilai berdasarkan harga rata-rata barang itu.


Contoh Perhitungan Persediaan Dengan Metode Rata-Rata (Moving Avarage) Dalam Pencatatan Persediaan adalah sebagai berikut :
  1. Persediaan Awal   : 100 satuan      @ Rp  900,-
  2. Pembelian            : 100 satuan      @ Rp1.200,-
  3. Pembelian            : 100 satuan      @ Rp1.125
  4. Penjualan             : 100 satuan
  5. Penjualan             : 100 satuan
Penghitungan harga pokok penjualan dan nilai persediaan dengan menggunakan cara Rata-Rata misalnya sebagai berikut:
No
Didapat
Dijual
Persediaan Akhir
1



100s@Rp 900  = Rp   90.000
2
100s@Rp1.200 = Rp120.000


200s@Rp1.050 = Rp210.000
3
100s@Rp1.125 = Rp112.500


300s@Rp1.075 = Rp322.500
4


100s@Rp1.075 = Rp107.500
200s@Rp1.075 = Rp215.000
5


100s@Rp1.075 = Rp107.500
100s@Rp1.075 = Rp107.500

Sehingga persediaan akhir setelah transaksi ke-5 adalah sebesar 100 satuan @ Rp.1.075 atau sebesar Rp.107.500.

Perhitungan Persediaan Dengan Metode Rata-Rata (Moving Avarage) Dalam Pencatatan Persediaan biasanya digunakan oleh perusahaan seperti yang mempunyai usaha :

- Supermarket.

- Toko Besi.

- Toko Kelontong.
Referensi :